Kamis, 11 Maret 2021

Why me Resign? (Part 1)

Saat aku bercerita ini aku sudah berhenti bekerja menjadi karyawan yang pergi jam 8 pagi lalu pulang jam 4.30 sore, sekarang aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dengan 2 anak laki-laki yang semakin ke sini semakin sadar mereka lebih memerlukan aku. Saat aku bercerita ini aku sudah hampir lebih satu tahun setengah berhenti bekerja dan ada beberapa orang luar (bukan keluarga initi) yang mendukung keputusanku untuk berhenti bekerja, tak jarang ada yang berkata “bagus kamu berhenti” atau ada juga yang bilang “pantesan berhenti”. Ya walaupun banyak faktor ku untuk memutuskan berhenti namun kali ini aku akan bercerita tentang prinsip. Ya tentang prinsip. Dari awal lulus kuliah aku ingin bekerja di perusahaan swasta dengan bayanganku gajihnya besar dan bisa beli berbagai hal yang aku inginkan dan yang pasti liburan keliling Indonesia. Tapi itu cuma mimpi dan bayanganku, ternyata orang tuaku punya keinginan lain untukku dan untuk perkerjaanku, lalu ku putuskan untuk menuruti keinginan orang tuaku dan tanpa membuat sebuah penyesalan di masa mendatang. Bagaimana cara membuat keputusan tanpa ada penyesalan di kemudian hari? Ya kita manusia harus punya prinsip. Prinsip kuat yang kita genggam erat menjadi acuan perjalanan hidup. Apa prinsipku? Prinsip ku simple kok “bermanfaat untuk orang banyak”, itu yang membuatku menerima untuk menjalani sebuah keputusan untuk bekerja di pemerintahan. Itu di mulai sejak januari 2017 berjalan-berjalan-berjalan dengan seiring berjalannya waktu singkat cerita aku menikah di akhir tahun 2017 lalu mulai hamil di Maret 2018 lalu di tahun yang sama tepatnya bulan November awal aku melahirkan lalu cuti 2 bulan lalu kembali masuk kerja sampai bulan juli 2019 sesudah libur idul fitri paska mudik liburan lebaran ke Jawa lalu aku resign. Perjalanan menjadi karyawan di pemerintahan selama dua setengah tahun yang cukup bagiku, bahkan sangat cukup dengan pencapaian karir dan sesuatu hal lain di mana tujuanku bekerja yaitu untuk bermanfaat untuk banyak dan bisa berkunjung ke beberapa kota itu tercapai, jadi bagiku itu semua lebih dari cukup lalu setelah itu cukup bagiku untuk bermanfaat di pemerintahan sekarang saatnya aku kembali dan melanjutkan bermanfaat untuk banyak orang di hal lain yaitu di bidang sosial yang tidak berkaitan dengan pemerintahan, sekaligus fokus di rumah dengan anak-anak untuk mengikuti proses tumbuh kembangnya dan membimbing mereka. How you feel now? I’m very happy Alhamdulillah, selalu bersyukur kata pak suami. Bagaimana jika saat ini aku masih bekerja dengan memiliki dua anak sekaligus? Sepertinya pikiranku tak mampu jika harus bekerja jam 8 pagi sampai jam 4.30 sore tanpa bersama anak-anak, karena pikiranku terrbagi-bagi sehingga di aku nya yang menjadi pemarah, karena psikologiku yang meminta anak untuk memahami aku bukan aku yang memahami anak-anak, sedangkan kondisiku sekarang membuatku lebih bisa menahan diri dan berpikir sabar kalau hadirnya anak-anakku saat ini yak karena memang aku yang meminta dan aku harus merawat serta membimbing mereka lalu memberikan mereka waktuku, dengan itu aku enjoy dan santai tanpa beban bersama mereka. Jadi kembali ke prinsip awal tadi bahwa aku bekerja agar bermanfaat untuk banyak orang lalu ketika aku sudah mulai tidak dibutuhkan lagi di situlah keputusan bulat untuk berhenti berkerja. Lalu aku fokus terhadap orang yang memerlukan aku yaitu keluargaku, tapi seiring berjalannya waktu dengan usaha yang kujalani saat inipun bisa bermanfaat untuk banyak orang dengan cakup lingkungan yang lebih besar lagi. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289) So jangan lupa bersyukur ya :) make your life always happy for you & people your love :)